Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Ulama yang dekat dengan penguasa menurut Jalaluddinn Rummi

Ulama_dekat_dengan_kekuasaan
Malam ini saya membaca sebuah buku Masterpeace Jalaluddin Rummi berjudul Fihi Maa Fihi. Dipasal yang pertama, ia membahas Hadist yang diriwayatkan Ibn Majah. Hadist ini sering dikutip untuk menyudutkan para ulama yang dekat dengan kekuasaan. Hadistnya berbunyi "Seburuk-buruk ulama adalah ulama yang mendatangi penguasa, dan sebaik-baik penguasa adalah penguasa yang bersedia mengunjungi ulama".

Jika difahami secara bahasa, bisa saja kita yang awam langsung beranggapan, semua ulama yang mendatangi para penguasa adalah mereka ulama yang buruk, atau istilah yang sering kita dengar, Ulama Suu'. Apakah anggapan ini tepat? Apakah lantas ulama tak sedikitpun boleh punya relasi dengan kekuasaan?

Jalaluddin Rumi dalam kitabnya Fihi ma Fihi ini memberikan penjelasan yang cukup luas soal pemaknaan hadist ini. Dikatakan Rummi, tak semua ulama yang dekat dengan kekuasaan lantas kita anggap mereka ulama suu'.

Ia memberi catatan, ulama suu' itu hanyalah mereka yang menggantungkan dirinya pada penguasa. Ilmu yang mereka miliki serta semua yang mereka lakukan hanyalah untuk mendapatkan simpati, pujian, penghormatan bahkan jabatan. Bahkan ulama yang begini menurut Rummi, sejak awal, ilmunya telah diniatkan sebagai alat agar oa bisa berkomunikasi dengan penguasa.

Sebaiknya, seorang ulama yang menuntut ilmu dan memiliki ilmu karena allah, maka dalam dirinya akan tercermin tingkah laku yang benar. Jikapun ia mendatangi penguasa, sesungguhnya ia datang dalam rangka memberikan nasihat dan pertolongan bagi penguasa untuk menjalankan pemerintahannya dengan amanah. Seorang ulama yang memberi bukan menerima, ia tidak butuh sesuatu penguasa itu, tapi ia mendatangi pemimpin dengan ketulusan ingin membantu dan menasihatinya untuk menjalankan pemerintahannya dengan benar. Wallahu alam