Memilih Teman dan Lingkungan

Ada hadist yang mengatakan, 

كل مَوْلُوْدٍ يُوْلَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ. فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ وَيُنَصِّرَانِهِ وَيُمجسانه
Setiap anak manusia dilahirkan dalam keadaan suci, orang tuanyalah yang men-Yahudi-kannya, me-Nasrani-kanya atau mem-Majusi-kannya.

Selain dibentuk orang tua, anak juga sebenarnya sangat kuat dibentuk oleh lingkungan. Dilingkungan diluar keluarga inilah kita menemukan Guru, teman, dan suasana positif atau negatif. Sehingga ada pendapat ulama yang mengatakan, orang tua yang dimaksudkan dalam Hadist diatas adalah selain orang tua secara biologis (yang melahirkan kita) juga adalah orang tua sosiologis atau lingkungan. 

Dari orang tua Sosiologis 'lingkungan' inilah, kita kemudian mengenal turunannya yakni orang tua intelektual, yakni Guru. Guru yang membentuk kita dengan transfer ilmu pengetahuannya. Ini juga tak kalah pengaruhnya dalam membentuk seseorang menjadi buruk atau menjadi baik.

Maka memilih lingkungan yang tepat, Teman, guru dan suasana positif menjadi keharusan. Ada pepatah arab yang mengatakan, kamu adalah dengan siapa kamu berteman.

Bahkan Rasulullah bersabda dengan sangat jelas
الْمَرْءُ عَلَى دِينِ خَلِيلِهِ فَلْيَنْظُرْ أَحَدُكُمْ مَنْ يُخَالِلُ
“Seseorang akan mencocoki kebiasaan teman karibnya. Oleh karenanya, perhatikanlah siapa yang akan menjadi teman karib kalian.” (HR. Abu Daud, no. 4833; Tirmidzi, no. 2378; dan Ahmad, 2:344. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih). Itu sebab juga, ulama-ulama sufi menjadikan berteman dengan orang baik adalah satu diantara 5 cara mengobati hati yang sedang sakit.

Penyakit hati seperti Suka Su'udzan, suka fitnah, suka mengadu domba, akan muncul apabila lingkungan sosial kita permisif terhadap hal itu. Begitu juga sikap baik akan ditentukan oleh siapa teman kita bergaul, karena kesukaan teman akan pula menjadi kesukaan kita. Maka berteman dengan orang baik dan hidup dilingkungan yang positif adalah mutlak jika kita ingin menjadi orang baik.[]